BAB I
PENDAHULUAN
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berbagai macam kenikmatan dan halusnya kebaikan bagi kita dan mengutamakan kita atas seluruh makhluk-Nya, dengan mengerjakan ilmu pengetahuan dan pandai berbicara. Rahmat dan salamnya Allah semoga tetap tercurah atas Nabi Muhammad SAW yang diutus sebaik-baik agama, para keluarga dan sahabatnya dengan putaran rambu-rambu iman dan pancaran alam-alam pengetahuan.
Betapa agung dan akbarnya Allah SWT yang telah menurunkan kitab suci Al-Qur’anul karim secara berangsur-angsur, kepada nabi Muhammad SAW baik secara langsung maupun melalui perantara malaikat Jibril yang merupakan sumber pertama dan utama bagi hukum Islam dan pedoman hidup manusia. tidak ada keragunan bahwa al-qur’an demikian menguasai alam pikiran dan perasaan orang-orang salih masa dahulu dan sekarang.
Al-Qur’an diturunkan sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi ada yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan atau merupakan penolakan terhadap suatu pendapat atau perbuatan. Oleh karenanya ayat-ayat al-qur’an tidak diturunkan di satu tempat atau wilayah saja, ada yang diturunkan di Makah yang dikenal tampat sebutan surat Makiyah dan adapula yang diturunkan di Madinah yang dikenal dengan sebutan surat Madaniyah.
Semua surat kalau bukan turun di Makah (makiyah) tentu turun di Madinah (madaniyah)atau sebaliknya. Tapi, ada pengecualian mengingat di dalam surat makiyah kadang-kadang terdapat ayat-ayat madaniyah atau sebaliknya. Tiap ayat dikenal indetitasnya dan jelas profesinya, karena itu jika ada ayat bercampur dengan ayat-ayat yang lain yang bukan kelompoknya maka identitas ayat tersebut ditetapkan oleh para ulama ahli sebagai ayat makiyah atau sebagai ayatg madaniyah. Pendapat itu didasarkan pada kriteria yang telah mereka tentukan secara kritis teliti dan cermat.
Bidang pengetahuan yang menjadi cakupan dalam pembahasan surat makiyah dan madaniyah demikian luas sehingga objek penelitiannyapun banyak dan berlainan. Ia sekaligus merupakan pengetahuan tentnag urutan waktu turunnya surat dan ayat mengenai kepastian tempat turunya pemilah-pemilah Soal dan temannya serta penentuan oknum yang dimaksud oleh suatu ayat, kita dapat membayangkan bagaimana para ulama memikirkan berbagai masalah tersebut pada saat mereka memilah-milah mana ayat-ayat makiyah dan mana ayat-ayat madaniyah. Oleh karena itu di dalam makalah ini, penulis akan membahas tentang surat-surat makiyah dan surat-surat Madaniyah, serta hal-hal yang berkaitan dengannya.
BAB II
PEMBAHASAN
SURAT-SURAT MAKIYAH DAN MADANIYAH
A. Surat-surat Makiyah
1.Pengertian
Ta’rif atau definisi surat/ ayat makiyah mencakup tiga unsur yaitu unsur waktu, unsur tempat dan unsur oknum bahkan ada yang mengatakan ada unsur yang keempat, yang mudah dilihat oleh setiap orang, yaitu unsur subjek (maudhu’)[1]
Dari unsur waktu turunnya didefinisikan sebagai berikut:
المكى هوماترل قبل الهجرةالرسول ص م وان كان نزله بغيرمكة
Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasul SAW hijrah kemadinah, kendatipun turunnya diluar Mekkah.[2]
Dari unsur tempat turunnya para ulama mendefinisikan sebagai berikut:
المكى هوماترل بمكة ورهاكمنى وعرفةوحديبية
Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah, dan Hadaibiyah.[3]
Dari unsur oknumnya, para ulama mendefinisikan sebagai berikut:
المكى هوماكان خطابالاهل مكة
Artinya: Makiyah adalah ayat-ayat yang menjadi kitab baki orang orang makkah”.[4]
2.Ciri-ciri Surat Makiyah.
Ciri-ciri untuk surat makiyah ada dua macam yaitu ciri-ciri yang bersifat qath’I dan ciri-ciri yang bersifat aqhlabi.
- Ciri-ciri yang bersifat Qath’I surat makiyah
a. Didalamnya terdapat ayat sajdah
b. Setiap surat yang didalamnya terdapat lafadz “kalla”
c. Dimulai dengan ungkapan yaa ayyuha an-nass dan tidak ada yaa ayyuha al-ladzina amanu kecuali surat al-Hajj surat al-Hajj ini sekalipun pada ayat 77 terdapat yaa ayyuha al-ladxina aamanu tapi surat ini tetap dipandang makiyah.
d. Ayat-ayatnya menganudng tema kisah para nabi dan umat terdahulu
e. Ayat-ayatnya berbicara tentang kisah nabi adam dan iblis kecuali surat al-Baqarah.
f. Setiap surat yang dimulai denga huruf Tahajji (huruf abjad) seperti alif dan mim, alif lam ra dan sebagainya, kecuali al-Baqarah dan Ali imran.[5]
- Ciri-ciri yang Bersifat Aghlabi Surat Makiyah
Ayat-ayat dan surat-suratnya pendek-pendek (ijaz) nada perkataanya keras dan agak bersajak
Mengandung seruan untuk beriman kepada Allah dan hari qiyamat dan menggambarkan keadaan surga dan neraka
Mengajak manusia untuk berakhlak yang mulia dan berjalan diatas jalan yang baik/benar
Membantah orang-orang musyrik dan menerangkan kesalahan-kesalahan kepercayaannya dan perbuatannya
Terdapat banyak lafadz sumpah.[6]
3.Surat-Surat Makiyah Menurut tertib Turunnya.
Dibawah ini nama surat-surat Makiyah menurut tertib turunnya berdasarkan keterangan sebagian ulama :
1. Al-‘Alaq, 2 Al-qolam, 3 Al-Muzammil, 4 al-Mudatsir, 5 Al-Fatihah, 6 Al-Masad (al-lahab), 7 At-Takwir, 8 Al-A’la, 9 Al-Lail, 10 Al-Fajr, 11 Adh-Dhuha, 12 Asy-Syarah (al-insyirah), 13 Al-Ashr, 14 Al-Adyat, 15 Al-Kautsar, 16 At-Takasur, 17 Al-Ma’un, 18 Al-Kafirun, 19 Al-Fil, 20 Al-Falaq, 21 An-Nas, 22 Al-Ikhlas, 23 An-Najm, 24 Abasa, 25 Al-Qodar, 26 Asy-Syamsu, 27 al-Buruj, 28 At-Tin, 29 Al-Quraisy, 30 Al-Qori’ah, 31 Al-Qiyamah, 32 Al-Humazah, 33 Al-Mursalat, 34 Qaf, 35 Al-Balad, 36 At-Tharig, 37 Al-Qomar, 39 Al-A’raf, 40 Al-Jin, 41 Yaasin, 42 Al-Furqon, 43 Fathir, 44 Maryam, 45 Thoha, 46 Al-Wagi’ah, 47 Asy-Syu’ara, 48 An-Naml, 49 Al-Qoshash, 50 Al-Isra’, 51 Yunus, 52 Hud, 53 Yusuf, 54 Al-Hijr, 55 Al-An’am, 56 Ash-Shaffat, 57 Luqman, 58 Saba’, 59 Az-Zumar, 60 Ghafir, 61 Fushilot, 62 Assyura, 63 Az-Zukhruf, 64 Ad-Dukhan, 65 Al-Jaksyah, 66 Al-Ahqaf, 67 Adz-Dzariyat, 68 Al-Ghasiyah, 69 Al-Kahf, 70 An-Nahl, 71 Nuh, 72 Ibrahim, 73 Al-Anbiya’, 74 Al-Mu’minun, 75 As-Sajdan, 76 At-Thur, 77 Al-Mulk, 78 Al-Haqqah, 79 Al-Ma’arij, 80 An-Naba’, 81 An-Nazaiat, 82 Al-Infithas, 83 Al-Insyiqaq, 84 Ar-Rum, 85 Al-Ankabut, 86 Al-Mulhaffifin (tathfif).
Sebagian ahli tafsir berkata surat tathfif itulah surat yang paling penghabisan turun di makah.
Menurut Al-Khudary selain dari surat-surat yang telah tersebut, masuk juga dalam dolongan surat-surat makiyah surat-surat yang tersebut di bawah ini.
Al-Zazalah, Ar-Ra’d, Ar-Rahmat, Al-Insan, Al-Bayyinah.[7]
B. Surat-Surat Madaniyah
1.Pengertian
Definisi atau pengertian surat makiyah di kalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar/kriteria yang dipakai untuk menentukan madaniyah sesuatu surat atau ayat.
Sebagian ulama menetapkan waktu turunnya surat/ayat sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan madaniyah sebagai berikut :
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah hijrah ke madinah kendatipun bukan turun di madinah ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut madaniyah walaupun turun di makah atau arafah.[8]
Adapula ualma’ yang menerapkan bahwa turunnya ayat-ayat surat sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai berikut :
Madaniyah adalah ayat-ayat yang diturunkan dimadinah dan sekitarnya seperti uhud, quba’, dan sul’a.[9]
Adapula ulama’ yang menetapkan bahwa oknum atau objek pembicaraan sebagai dasar penentuan madaniyah sehingga mereka mendefinisikan sebagai berikut:
Madaniyah adalah yang khitabnya (seruannya) jatuh kepada penduduk madinah.[10]
2. Ciri-ciri Surat Madaniyah
Ciri-ciri khas surat madaniyah ada yang bersifat gathi dan ada yang bersifat aghlabi.
- Ciri-ciri yang bersifat gathi untuk surat madaniyah antara lain adalah :
a. Setiap surat yang mengandung izin berjihad (perang) atau menyebut hal perang dan menjelaskan hukum-hukumnya.
b. Setiap surat yang memuat penjelasan secara terperinci tentang hukum pidana, hukum faraid/ warisan, hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata (civil), kemasyarakatan dan kenegaraan.
c. Setiap surat yang menyinggung hal ikhwal orang-orang munafik, kecuali surat Al-Ankabut yang diturunkan di Makkah.
d. Setiap surat yang membantah kepercayaan / kata cara keagamaan ahlul kitab (kristen dan yaudi) yang dipandang salah, dan mengajak mereka agar tidak berlebih-lebihan dalam menjalankan agamanya.[11]
- Ciri-ciri yang bersifat aqlabi untuk Madaniyah :
a. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya pun panjang(ithnab) dan gaya bahasanya cukup jelas di dalam menerangkan hukum-hukum agama.
b. Menerangkan secara terperinci bukti-bukti dan dalil-dalil yang menunjukkan hakikat-haket keagamaan.
3.Surat-surat Madaniyah menurut Tertib Turunnya
1. Al-Baqarah
2. Az-Zalzalah
3. Al-Anfal
4. Ali-Imron
5. Al-Ahzab
6. Al-Muntahanah
7. An-Nisa
8. Al-Hadid
9. Al-Qital (Muhammad)
10. Ath-Thalaq
11. Al-Hasyr
12. An-Nur
13. Al-Haj
14. Al-Munafiqun
15. Al-Mujadalah
16. Al-Hujarat
17. At-Tahrim
18. At-Taghabun
19. Ash-Shaf
20. Al-Jumu’ah
21. Al-Fathu
22. Al-Madinah
23. At-Taubah
24. An-Nashi
Jika kita mengikuti pendapat sebagian ahli tafsir yang menetapkan bahwa surat-surat yang turun di Madinah sejumlah duapuluh delapan, tambahan atas dua puluh empat ini, empat surat lagi yaitu Ar-Rad’ Ar-Rahman, Al-Insan dan Al-Baqarah.
C. Cara-cara mengetahui Makiyah dan Madaniyah
Dalam menetapkan ayat-ayat Al-qur’an yang termasuk kategori Makiyah dan Madaniyah menurut al-jabari:
لمعرفةالمكروالمدنى طريقان : سماعي وقيا سي
Artinya:
Untuk mengetahui Makkiyah dan Madaniyah surat-surat Al-Qur’an ada dua cara yaitu: Sama’i (salan riwayat0 dan qiyasi (jalan membanding-bandingkan yang satu dengan yang lain.[12]
1.Sama’i (jalan riwayat)
Dengan perangkat pendekatan sama’i (jalan riwayat), para ulama menunjuk pada riewayat-riwayat halid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinannya menyaksikan turunnya wahyu atau para generasi tabi’in yang saling berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek-aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan al-qur’an termasuk didalamnya adalah informasi kronologis al-qur’an.
Dalam kitab Al-intishar, Abu Bakar bin al-Baqilani lebih lanjut menjelaskan:
“Pengetahuan tentang Makiyah dan Madaniyah hanya dapat dilacak pada otoritas shabat dan tabi’in saja” informasi itu tidak ada yang datang dari Rasullah saw, karena ilmunya tentang itu bukan merupakan kewajiban umat.
Otoritas para sahabat dan tabi’in dalam mengetahui informasi kronologis al-qur’an dapat dilihat dari pernyataan mereka, dalam salah satu riwayat Al-Bukhari, ibnu Mas’ud umpannya berkata: “Demi zat yang tidak ada tuhan selain-Nya tidak ada satu ayatpun dari kitab Allah yang turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan dimana diturunkan seandainya kutahu tempat orang yang lebih paham dariku tentang kitab Allah, pasti aku akan menjumpainya”.
2.Qyasi (jalan membandingkan yang satu dengan yang lain)
Ketika melakukan kategori makiyah dan madaniyah para ulama menganut pendekatan qiyasi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian, bila dalam surat makiyah terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus madaniyah ayat ini termasuk kategori ayat madaniyah. Tentu saja para ulama telah menetapkan tema-tema sentral yang nantinya ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi itu.
D. Faedah memahami Makiyah dan Madaniyah
Kegunaan atau faedah memahami makiyah dan madaniyah adalah banyak sekali An Naisabari dalam kitabnya At-Tanbih Ala Fadl ulum Al-qur’an memandang subyek makiyyah dan madaniyah sebagai ilmu al-qur’an yang paling utama.
Sementara itu al-Zurqani didalam kitabnya Manhilul irfan menerangkan sebagain dari pada faedah memahami Makiyah dan Madaniyah adalah:[13]
a. Kita dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh
b. Kita dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana secara umum
c. Dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian dan keaslian al-Qur’an.
Sementara itu mana al-Qakhthan mendeskripsikan faedah memahami Makiyah dan madaniyah sebagai berikut:[14]
Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an
Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
Memberi informasi tentang sirah kenabian.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Dr.Rosihon, M.Ag, (2000), Ulumul Qur’an Untuk UIN, STAIN, PTAIS, Bandung: Putaka Setia.
Anwar, Drs. abu, M.Ag, (2000), Ulumul Qur’an Sebuah Pengantar, Pekan Baru: Amzah.
As-Shalih, Dr. Subhi, (1999), Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus.
H. Moh. Dr. Matsna, MA, (2004), Qur’an Hadist Madrasah aliyah Kelas Satu, Semarang: Karya Toha Putra.
H. Ramli, Drs. Wahid, M.Ag, (2000), Ulumul Qur’an edisi Revisi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zuhdi, Drs. Masjfuk, (1993), Pengantar Ulumul Qur’an, Surabaya: Bina Ilmu.
catatan :
Artikel ini saya ambil dari :
Sumber : sidiqRu.blogspot.com
(Sebagai bahan persiapan Midle Tes STAI Al-Ma'rif Buntok, "tanpa ada penambahan dan pengurangan dari tulisan ini")
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih,
Anda telah berkenan membaca artikel diblog ini, semoga dengan artikel yang sangat sederhan ini dapat memberikan manfaat untuk kita.
jangan lupa "kasih komentar" di bawah ini, agar saya dapat bekunjung ke blog Saudara.